08 January, 2011

Ledakan Bintang Yang Mengubah Teori SuperNova

Teleskop Hubble milik NASA berhasil mengidentifikasi bintang yang satu juta kali lebih terang dari Matahari, sebelum ia meledak sebagai supernova di tahun 2005.
Yang menarik, berdasarkan teori evolusi bintang yang ada saat ini, sebuah bintang seharusnya belum menghancurkan diri sendiri di awal kehidupannya. Dengan adanya penemuan ini, bisa jadi pemahaman evolusi bintang masif yang ada selama ini memiliki kesalahan dan perlu adanya revisi.
Bintang yang meledak tersebut memiliki massa 100 kali massa Matahari dan masih terlalu muda untuk dapat mengevolusi inti besi yang masif dalam reaksi fusi nuklir. Kondisi tersebut merupakan prasyarat terjadinya keruntuhan inti yang memicu terjadinya ledakan supernova.
Hubble mnemukan supernova pada bintang yang masih muda. Kredit : Hubble
Hubble menemukan supernova pada bintang yang masih muda. Kredit : Hubble
Ledakan yang di identifikasi sebagai SN 2005gl terlihat pada galaksi spiral NGC 266 tanggal 5 Oktober 2005. Citra pra-ledakan yang diambil pada tahun 1997 menunjukan kalau si bintang yang meledak ini dulunya merupakan titik yang sangat terang dengan magnitudo visual absolutnya mencapai -10,3. Dengan kecerlangan seperti itu, diperkirakan ia berasal dari kelas bintang Luminous Blue Variables (LBVs), karena tidak ada bintang tipe lain yang lebih terang lagi.
Seagai bagian dari bintang kelas LBV, evolusi pada bintang untuk melepaskan massanya terjadi lewat angin bintang yang sangat dasyat. Hanya dengan cara ini, si bintang dapat membentuk inti besi yang sangat besar yang pada akhirnya meledak saat terjadi keruntuhan inti. Pada saat itulah ledakan supernova terjadi.
Di galaksi Bima Sakti, ada bintang bernama Eta Carinae yang massanya 100 massa Matahari. Eta Carinae diperkirakan mengalami kehilangan selubung hidrogennya saat ia meledak sebagai supernova. Nah, dalam penelitian tampaknya identifikasi awal menunjukan pada sebagian kasus, bintang masif akan meledak sebelum selubung hidrogen terlepas. Dengan demikian bisa dikatakan kalau evolusi inti dan evolusi selubung  tidak selamanya harus terjadi seiring, seperti yang diperkirakan selama ini. Penemuan tersebut memberi pemahaman baru untuk merevisi teori evolusi yang sudah ada.
Kemungkinan lain yang dihadirkan adalah, SN 2005gl pada awalnya merupakan sepasang bintang yang kemudian bergabung. Jika ini terjadi maka di dalam bintang baru tersebut terjadi penimbunan reaksi nuklir yang membuat bintang terlihat makin terang namun sepertinya kurang berevolusi dibanding kondisi sebenarnya. Jika ini yang terjadi, muncul pertanyaan lain apakah ada mekanisme lain yang bisa memicu terjadinya ledakan supernova? Menurut Avishay Gal-Yam dari Weizmann Institute of Science, Rehovot, Israel, bisa jadi ada pemahaman dasar tentang bintang super cerlang melalui kehilangan massanya yang luput dari perhatian para peneliti.
Hasil pengamatan teleskop Hubble hanya mengungkap sebagian kecil dari massa bintang yang terlepas saat terjadi ledakan. Sebagian besar materi lainnya diperkirakan tertarik masuk ke dalam inti yang runtuh yang kemudian menjadi lubang hitam dengan estimasi massa sekitar 10-15 massa matahari.

No comments:

Post a Comment